save

Selasa, 28 Januari 2014

Mengawal Hati Jauhi Dusta

HATI dalam tubuh manusia ibarat raja di sebuah negeri, di mana semua warga negara, baik militer maupun sipil, baik politikus maupun agamawan, semua tunduk kepadanya. Hati adalah raja, seluruh anggota tubuh laksana prajurit yang siap melaksanakan titahnya.
Bila hati sehat dan adil, maka semua titahnya pun menuju kebaikan, istiqamah, iman dan amal shalih yang pada akhirnya menghantarkan ke surga. Sebaliknya, jika hati sedang sakit, maka instruksi yang keluar otomatis diikuti oleh anggota jasad akan mengarah kepada perbuatan dosa, maksiat, kejahatan dan penyimpangan dari jalan yang haq.
Rasulullah SAW bersabda: 
“...Ketahui­lah, sesungguhnya di dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging, apabila ia baik maka baiklah seluruh tubuhnya dan jikalau ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah, ia adalah hati” (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, Abu Daud, Ibnu Majah, Ahmad dan Ad-Darimi, dari Nu’man bin Basyir RA).

Maka meluruskan, menyehatkan dan menjaga hati adalah pekerjaan besar setiap insan yang mendambakan kebaikan dan keselamatan dunia-akhirat. Sekecil apapun penyakit hati, harus diobati sedini mungkin supaya tidak mengganas. Awas, jangan salah obat dengan tarekat-tarekat yang bid’ah maupun amalan yang tidak jelas dari mana sumbernya. Untuk manajemen qalbu, obatilah hati yang sakit dengan resep mujarab dari Al-Qur‘an dan Sunnah.
Salah satu buah penyakit hati adalah dusta, yaitu mengabarkan sesuatu yang berbeda dengan kenyataan yang sebenarnya. Dusta adalah sifat tercela yang tidak pantas dimiliki oleh orang yang beriman. Dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa para pendusta pada hakikatnya tidak memiliki iman kepada ayat-ayat Allah.
"Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta" (An-Nahl 105).
"Kecelakaan yang besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak berdosa" (Al-Jatsiyah 7).
Bila kejujuran adalah syiar yang menjadi pakaian orang-orang mukmin, maka sebaliknya dusta adalah tanda-tanda orang munafik. Allah Ta'ala berfirman:
"…Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta" (Al-Munafiqun 1).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar